17 November 2008

Halal Bil Halal 1429 H - 16 Nopember 2008

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada teman, kerabat serta handai taulan, akhirnya terselenggara jualah acara Halal Bil Halal 1429 H yang diadakan oleh Frequensi Boeing 747 di rumah salah satu kerabat Boeing 747 yaitu Om Gobang dengan tema "Jalin silaturahmi dan komunikasi kekeluargaan".

Acara berlangsung meriah dari awal hingga akhir dengan didukung oleh cuaca yang begitu cerah, kehadiran para undangan dan kerabat Boeing 747 dari berbagai frequensi dan ditemani oleh alunan musik racikan Om DZ dan kawan-kawan.

Kami, atas nama paguyuban frequensi Boeing 747 pimpinan Om Sumarno aka Om HL (Hantu Laut), dengan segala kerendahan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
* Om Gobang selaku tuan rumah acara.
* Pejabat wilayah setempat
* Kerabat Tumutor dari frequensi 147.140 Mhz dan 147.040 Mhz
* Kerabat dari frequensi 146.900 Mhz
* Kerabat Gaul dari frequensi 142.780 Mhz
* Kerabat Tutuko dari frequensi 147.700 Mhz
* Kerabat dari frequensi 149.050 Mhz
* Kerabat dari frequensi 149.680 Mhz
* Kerabat dari frequensi 142.990 Mhz
* Kerabat dari frequensi 148.830 Mhz
* Kerabat dari berbagai frequensi yang sempat hadir.
* Semua Kerabat Boeing 747
* Semua teman, kerabat serta handai taulan yang turut berpartisipasi dalam acara.
* dll

Akhir kata, dengan seijin Allah SWT semoga tali silaturahmi antara teman, kerabat serta handai taulan semua di berbagai frequensi ini akan terus langgeng baik di udara maupun di darat sampai hayat dikandung badan.Amien

07 November 2008

Maaf, Nomor yang Anda hubungi sedang sibuk..

Pernahkah Anda bayangkan bila pada saat kita berdoa, kita mendengar ini:

"Terima kasih, Anda telah menghubungi Baitullah".

"Tekan 1 untuk 'meminta'.
Tekan 2 untuk 'mengucap syukur'.
Tekan 3 untuk 'mengeluh'.
Tekan 4 untuk 'permintaan lainnya'."

Atau....

Bagaimana jika Malaikat memohon maaf seperti ini:
"Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain. Tetaplah sabar menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan urutannya."
Atau, bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda mendapat respons seperti ini:

"Jika Anda ingin berbicara dengan Malaikat,
Tekan 1. Dengan Malaikat Mikail,
Tekan 2. Dengan malaikat lainnya,
Tekan 3. Jika Anda ingin mendengar sari tilawah saat Anda menunggu,
Tekan 4. "Untuk jawaban pertanyaan tentang hakekat surga & neraka, silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini!!"

Atau bisa juga Anda mendengar ini :

"Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini. Silakan mencoba kembali esok hari."
atau...
"Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silakan menelpon kembali hari Senin setelah pukul 9 pagi."

Alhamdulillah... Allah SWT mengasihi kita, Anda dapat menelpon-Nya setiap saat!!!
Anda hanya perlu untuk memanggilnya kapan saja dan Dia mendengar Anda. Karena bila memanggil Allah, Anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk. Allah menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara pribadi.

Ketika Anda memanggil-Nya, gunakan nomor utama ini: 24434
2 : shalat Subuh
4 : shalat Zuhur
4 : shalat Ashar
3 : shalat Maghrib
4 : shalat Isya

Atau untuk lebih lengkapnya dan lebih banyak kemashlahatannya, gunakan nomor ini : 28443483

2 : shalat Subuh
8 : Shalat Dhuha
4 : shalat Zuhur
4 : shalat Ashar
3 : shalat Maghrib
4 : shalat Isya
8 : Shalat Lail (tahajjud atau lainnya)
3 : Shalat Witir

Info selengkapnya ada di Buku Telepon berjudul "Al Qur'anul Karim & Hadist Rasul"
Langsung hubungi, tanpa Operator tanpa Perantara, tanpa dipungut biaya.

Nomor 24434 dan 28443483 ini memiliki jumlah saluran hunting yang tak terbatas dan seluruhnya buka 24 jam sehari 7 hari seminggu 365 hari setahun!!!
Sebarkan informasi ini kepada orang-orang di sekeliling kita.
Mana tahu mungkin mereka sedang membutuhkannya

Sabda Rasulullah S.A.W : "Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya walau sebanyak buih laut"
7 Kalimah ALLAH:

  1. Mengucap "Bismillah" pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
  2. Mengucap "Alhamdulillah" pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.
  3. Mengucap "Astaghfirullah" jika lidah terselip perkataan yang tidak patut.
  4. Mengucap "Insya-Allah" jika merencanakan berbuat sesuatu di hari esok.
  5. Mengucap "La haula wala kuwwata illa billah" jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini.
  6. Mengucap "inna lillahi wa inna ilaihi rajiun" jika menghadapi dan menerima musibah.
  7. Mengucap "La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah" sepanjang siang dan malam sehingga tak terpisah dari lidahnya.

Dari tafsir Hanafi, mudah-mudahan ingat, walau lambat-lambat... mudah-mudahan selalu, walau sambil lalu... mudah-mudahan jadi bisa, karena sudah biasa.

Si tahan banting yg pontang-panting

Handheld Transceiver (HT) merupakan jenis radio komunikasi yang harganya paling terjangkau. Dengan bentuk yang kecil dan ringan, radio ini dapat dibawa-bawa kemana-mana dengan mudah. Biasanya radio ini bekerja pada frekuensi 144 MHz, walaupun ada juga yang bekerja di dua frekuensi, yaitu 144 MHz dan 430 MHz. HT biasanya memiliki daya pancar 0,5 Watt sampai dengan 1 Watt.

Untuk menjangkau jarak dalam kota sekitar 5-10 km dapat dilakukan dengan di bantu antenna external (luar). Antenna yagi akan sangat menolong pada jarak agak jauh.

Contoh dalam gambar adalah HT Icom IC-2N yang banyak digunakan dalam komunikasi radio paket. HT Icom IC-2N ini merupakan pesawat radio yang paling terjangkau dan paling mudah diperoleh, baik dalam bentuk baru maupun dalam bentuk bekas / second hand. IC-2N cukup cukup tahan banting dalam kondisi operasi yang cukup buruk.

Yaesu FT80C bak kacang goreng ?

Disebut “radio sejuta umat” karena, radio ini radio jenis laris manis di pasaran dengan harga yang relatif murah untuk kelas “all band” dan karena harga yang murah, dia hanya mempunyai fungsi-fungsi standart saja asalkan sudah bisa buat “ngebreak”. Dengan fungsi-fungsi yang standart dan pengoperasian yang simple (serta ditambah dengan harga yang murah), maka hampir semua breaker HF pernah memiliki radio ini (yang pada akhirnya, mereka melepas lagi FT-80C ini untuk kemudian “ditukar” dengan radio kelas yang lebih tinggi).

Range Frekuensi
TX= 1.5 MHz - 30 MHz
RX = 0.5 MHz - 30 MHz

Range frekuensi ini adalah range normal untuk sebuah radio all band. Semua band tercover oleh radio ini.
Mode
AM/SSB/CW

RF Power Output
adjustable sampai dengan 150 Watt

menurut manual book yang ada, radio ini mempunyai power output 100 Watt. Tetapi, pada radio saya dengan tegangan 13.8 VDC bisa keluar 150 watt (termodulasi). He..he….mungkin udah pernah di adjust oleh pemilik yang sebelum saya.

Menggunakan kabel NYAF 1 mm sebagai antenna dengan konfigurasi inverted V, pada saat propagasi bagus, pancaran saya dapat diterima dengan sempurna di Sorong - Papua, ataupun Lhoksumawe - NAD dan yang bagian utara adalah di Serawak - Malaysia.

Tentu saja, penerimaan yang bagus bukan hanya karena faktor power yang besar ataupun antenna yang bagus, tetapi propagasi saat itu yang menjadi faktor penentu. (untuk power 100 watt ini, sudah merupakan keluaran standart dari sebuah radio allband. Dan antenna 1/2 lambda dengan konfigurasi inverted V/atau biasa, adalah juga merupakan antenna pasaran yang paling banyak digunakan para breaker di HF)

Satu pengalaman lagi, saat saya melakukan perjalanan ke Ponorogo akhir 2007 kemaren, FT-80C ikut dalam daftar “senjata” di perjalanan. Dilengkapi dengan sebuah antenna mobil untuk 11 MHz di kap mobil belakang kanan (karena yang bagian kiri terpasang antenna VHF), selama perjalanan di Pantura saya bisa 10-25 dengan teman yang ada di Balikpapan. Dan pada saat saya di Ponorogo dan kebetulan saya melintas di persawahan, saya dapat 10-25 dengan rekan di Bekasi secara sempurna.

Modulasi
Beberapa lawan bicara saya, memberikan report bahwa modulasi yang saya hasilkan cukup bagus, artinya walaupun hanya menggunakan mic standart, mampu memberikan modulasi yang tidak ketinggalan dengan sinyal yang ada.

Receiver
Untuk kualitas receiver, nyaris hampir semua radio HF yang masih normal mempunyai kualitas yang sama dalam hal receiver.

Audio
Audio yang dikeluarkan FT-80C ini cukup bagus, bahkan lebih empuk dibanding radio keluaran baru yang pernah saya miliki ICOM IC-781. Karena untuk membuat “empuk” audio IC-781 saya mesti menghubungkannya dengan sebuah speaker aktif, tetapi untuk FT-80C ini cukup dari speaker yang ada. Memang sih, untuk masalah audio ini adalah masalah kesenengan dan kecocokan. Belum tentu enak di telinga si A, enak pula di telinga si B.

Kekurangan
- fungsi yang terbatas, yaitu tidak ada tombol “band” yang secara default ada. Sehingga, kalau kita sering main di 2 band yang “jaraknya” jauh, misalkan 27 MHz dan 11 MHz, maka kita akan “capek” memutar-mutar tombol frekwensi untuk pindah ke frekuensi yang akan kita inginkan. Ini beda apabila ada tombol “band” yang tersedia secara default, sehingga kita bisa set band 1 di 27 Mhz dan band 2 di 11 MHz. Dan untuk pindah-pindah dari kedua frekuensi tsb tinggal pencet tombol band tsb.

catatan : sebetulnya fungsi band sudah ada, namun tombol-nya yang gak ada. Jadi dari cover depan itu, tombol untuk fungsi “band” tsb tertutup alias tidak tersedia. Biasanya, saya lepas tutup tombol tempat fungsi band tsb berada, sehingga untuk mengaktifkan fungsi “band” tsb, saya pake obeng kecil untuk meng-klik switch yang ada di dalam.

Fungsi “band” tsb secara default tidak ada tombolnya, karena FT-80C termasuk kelas radio kemersial, dan karena versi komersial pasti tidak “dibolehkan” untuk didaftarkan sebagai radio komunikasi amatir. (silahkan cek pada teman2x ORARI tentang hal ini). Radio ini yang versi amatirnya adalah FT-747. Semua spesifikasi sama persis antara kedua radio ini, hanya saja tombol (baca “knop” :-) ), ada semua di FT-747 dimana di FT-80C tombol tersebut tidak ada.

Apabila anda saat ini mempunyai radio ini, rawatlah dengan baik karena bisa jadi suatu saat radio ini akan menjadi barang antik. Saya dulu pernah memiliki ICOM IC-781 (radio keluaran ICOM tahun 2003), dan akhirnya saya lepas karena radio tsb “terlalu canggih” buat saya. Dalam artian, saat ini saya tidak membutuhkan feature2x yang diberikan si IC-781 (lha wong saya hanya main di 11 MHz doang, itupun paling hanya ada di 11.405, 11.410, 11.415, 11.420 dan 11.430. he..he…he..saya gak hobby main di 11.425 :D ). Dengan menjual IC-781 saya bisa mendapatkan FT-80C dan sisa uang yang lumayan. (karena IC-781 saat itu harganya sekitar 3.2 jt dan FT-80C sekitar 2.2 jt)

04 November 2008

Apa dan bagaimana SWR Meter itu ?

SWR adalah singkatan dari istilah Standing Wave Ratio, sedang SWR meter adalah alat untuk mengukur SWR. Alat ini penting untuk setiap stasiun radio. Dapat dipasang diantara pesawat transmitter dan koaksial kabel yang menuju ke antena. Harus dijaga agar SWR meter menunjukkan angka yang rendah, sedapat mungkin 1.1. Apabila SWR meter menunjukkan angka di atas 1.5 berarti antena tidak match. Kalau transmit terus, dalam jangka waktu yang lama, pesawat akan menjadi panas. Apabila dilanjutkan lagi, pesawat dapat mengalami kerusakan.

Perlu dijaga agar SWR tetap menunjukkan angka yang rendah, hal ini dimaksud
kan agar pesawat awet. Kecuali itu SWR yang rendah memberikan kemungkinan bekerja pada band yang cukup lebar dengan tanpa menjalankan tuner.

Sangat mengutungkan bila SWR meter tetap terpasang agar setiap saat kemungkinan terjadinya perubahan SWR dapat cepat diketahui dan segera dapat diambil langkah-langkah dan tidak keburu merusakkan pesawat. Walaupun disadari bahwa adanya penambahan alat tersebut akan menambah sedikit losses akan tetapi keamanan lebih terjamin.

SWR meter yang dilengkapi dengan tuner dapat menambah kelebaran frekuensi kerja,
akan tetapi juga akan sedikit menambah losses. Kebanyakan rekan amatir lebih menyukai berusaha mengeset antena dengan SWR serendah mungkin daripada harus menggunakan tuner. Antena dengan SWR 1 : 1.1 biasanya sudah dianggap cukup baik dan sudah dapat memberikan kelebaran band yang cukup.


03 November 2008

The Legend TR9130

Ada beberapa teman berpendapat bahwa TR-9130 mempunyai kelebihan receiver yang sangat bagus dan tidak bisa dibandingkan dengan receiver pada radio baru. Dan memang, pada kenyataannya pada radio-radio lama cenderung mempunyai receiver yang “bagus” dimana mereka mampu menangkap pancaran yang lemah tetapi di sisi lain mampu membatasi “pancaran liar” yang ada (splatter). Hal tersebut pantas saja dimiliki oleh radio-radio type lama, mengingat mereka mempunyai blok rangkaian receiver yang sangat besar.

Kelebihan tersebut secara fakta memang tidak dimiliki oleh radio type baru, semacam TM-271. Pada beberapa kasus pancaran lawan bicara yang sangat kecil, dimana radio baru sulit untuk menerima tetapi masih bisa diterima (walaupun dengan susah payah) oleh radio lama sekelas TR-9130. Akan tetapi, hal-hal tersebut dapat dibenahi dengan pemilihan antenna yang baik dan tepat.


Adapun bentuk blok receiver yang cenderung lebih besar pada TR-9130 dibanding dengan TM-271, menurut analisa kami hanyalah karena pada saat itu (disaat TR-9130 keluar) belum ditemukan rangkaian IC sehingga dapat menghemat beberapa komponen transistor ataupun semikonduktor yang ada, walhasil pada era 1980-an karena masih menggunakan transistor otomatis akan memakan tempat yang besar (walaupun penggunaan IC memungkinkan beberapa faktor seperti frekwensi kerja akan terkoreksi).


Ada
satu hal yang menarik yang dimiliki oleh TR-9130, dimana radio tersebut walaupun hanya mempunyai RF power sebesar 25 watt tetapi dapat di “branchmark” menjadi keluar 150 watt. Dan inilah salah satu faktor kenapa radio tersebut sampai saat ini masih diburu para amatir radio.

Sebetulnya masih ada sebuah feature yang mempunyai nilai lebih yang dipunyai oleh TR-9130, yaitu “all mode”. Dengan ‘all mode” ini, TR-9130 tidak hanya mempunyai kesempatan untuk “main” di mode FM saja, tetapi dapat juga untuk mode “SSW” dan “CW”. Namun hal ini justru menjadi tidak berguna, karena seperti kita ketahui bersama bahwa saat ini kita tidak menemukan orang berkomunikasi pada band VHF dengan mode SSW apalagi CW.


Diluar kelebihan-kelebihan yang ada pada radio lama TR-9130 tentu saja ada banyak kelemahan yang bersifat fungsional yang memungkinkan pengguna radio tersebut menjadi “garuk-garuk kepala” karena “gemes”. Salah satunya adalah keterbatasan memory yang ada. TR-9130 hanya memiliki 6 chanel memory yang tentu saja di jaman sekarang ini dimana kita mempunyai banyak “frekwensi singgah” yang kita kunjungi, akan sangat repot untuk dapat memasukkan “mereka” ke dalam memory TR-9130.


Keterbatasan yang lain adalah fungsi duplex yang dimiliki TR-9130, yang hanya memiliki 600 khz duplex +/-. Tentu saja, saat ini dimana masing-masing pihak mempunyai kebebasan mendirikan repeater tanpa menganut “kovensi bersama”, dimana frekwensi duplex haruslah +/- 600 khz, sehingga apabila kita ingin bergabung dengan repeater dengan duplex diluar “konvensi bersama” tersebut dan kita ingin menyimpannya ke dalam memory sangatlah tidak memungkinkan. Satu-satunya cara adalah tidak dengan memasukkan frekwensi repeater tersebut ke dalam memory, tetapi pada session VFO. Hal ini mengandung kelemahan yaitu apabila radio dalam keadaan mati dan tidak mendapatkan catudaya listrik, maka setting tersebut akan reset kembali dan kita mesti setting ulang setiap menyalakan radio.
Hal-hal yang menjadi kelemahan dari TR-9130 telah dikoreksi oleh produk-produk yang lebih baru. Dan untuk kelas VHF transceiver dari Kenwood tentu saja TM-271 adalah produk terakhir mereka.

Keterbatasan memory, fungsi duplex serta RF power yang tidak lagi “kecil” yaitu sebesar 60watt akan menjadi faktor yang menarik yang ada pada radio ini disamping feature-featur canggih lain yang tidak mungkin ada pada radio lama seperti fungsi digital.


Untuk kualitas audio, walaupun tidak “se-empuk” milik TR-9130, radio VHF milik Kenwood keluaran tahun 2003 ini masih unggul dibandingkan radio merk lain yang sekelas — dan memang sepertinya menjadi keunggulan tersendiri dari produk-produk Kenwood dalam hal kualitas audionya.


Sedangkan untuk modulasi, jelas TM-271 jauh lebih bagus dibandingkan dengan TR-9130. Dimana pada radio-radio lama, kualitas modulasi biasanya “ala kadarnya”, tanpa sentuhan mic processor, sehingga cenderung “keluar sama seperti suara orang yang ngomong”. Pada TM-271 memiliki modulasi yang lebih “enak di dengar”, sehingga mungkin belum dibutuhkannya mic compressor tambahan yang biasa menjadi “barang wajib” bagi pemilik radio lama untuk meningkatkan kualitas modulasinya. (namun dalam beberapa kasus, tetap saja para amatir radio melengkapi unit tambahan berupa mic compressor untuk lebih memantabkan kualitas modulasi dari TM-271).


Dalam hal RF Power, TM-271 mempunyai 65 watt pada HIGH, dan langsung 25 Watt pada LOW. Saya tidak tahu, apakah para engineer Kenwood “lupa” memberikan tingkatan “MIDDLE” pada RF Power, sehingga harusnya (harus menurut saya
), HIGH=60Watt, MIDDLE=25Watt dan LOW=10Watt. Jadi apabila kita masih tetep bisa main “santai” dengan power yang kecil. Tetapi, untuk masalah RF power ini, tidak jadi alasan untuk mencomparasi antara TR-9130 dengan TM-271, karena pada TR-9130 RF Power dapat di adjust (baca di “paksa”) menjadi keluar 150Watt — walaupun mesti keluar duit lagi untuk proses ini.

Melihat kisaran harga yang ada, sebuah TR-9130 saat artikel ini kami tulis (Agustus 2007) pasaran di Jakarta mempunyai range antara 1.5 juta - 2 juta rupiah dengan kondisi second (karena TR-9130 sudah discontinued tentu saja J ), tergantung kondisi.


Sedangkan untuk TM-271 kondisi baru, harga saat ini di Glodok adalah berkisar 1.4 jt (pada kisaran USD = 9000-an rupiah).


Mengapa sebuah radio lama TR-9130 mempunyai harga sedemikian fantastis apabila diukur dengan kemampuan yang dimiliki?


Kalau anda beranggapan bahwa sebuah tindakan yang rugi untuk membeli sebuah radio tua dengan beberapa keterbatasan, maka sesungguhnya anda belum mencapai kedudukan untuk itu, dan ini sama dengan saya
.

Karena yang rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk mendapatkan sebuah radio tua, hanyalah para hobies amatir dan kolektor. Mereka tidak membeli fungsi tetapi ingin mendapatkan kepuasan batin seorang kolektor.

*source : http://rapi-nusantara.net/tehnik-radio/review-tr9130.html

Rakom pada Kendaraan

Perangkat Rakom di Motor

Untuk pemakaian di motor minimal memiliki alat HT , bisa dimulai dengan barang second saja, seperti HT jenis apa saja atau juga model yang lebih tua yang sering disebut dengan ‘HT garuk-garuk’, artinya tombol pencarian frekuensi seperti “kode koper”. Pasaran harga second Icom V68 sekitar 300 s/d 500 ribuan tergantung kondisi dan kualitas barang.

Saran kami, ketika kita mau membeli barang Rakom bekas selalu ajak teman yang sudah lebih dulu bermain di Rakom. Referensi dan pendapat teman sangat kita perlukan sebelum memutuskan membeli barang dimana kita tidak ketahui kualitasnya.

Setelah HT sudah dimiliki, maka selanjutnya adalah melengkapi kebutuhan perangkat. Pemasangan rakom dimotor antara lain memerlukan antena jenis VHF, kabel antena panjang 3 meter, konektor, bonggol antena, dan braket antena. Jika kita mau tau beres dan tidak perlu bingung-bingung lagi, silahkan saja kunjungi toko rakom di Glodok Harco Jakarta yang sudah menjadi langganan bikers yaitu:

Toko Dian Elektronik
Telp. (021) 6293215
Glodok Harco Lt. II Blok BII No. 125A, Jakarta

Kebutuhan standard Rakom untuk keperluan di motor :

  1. Pesawat HT (harap HT dibawa ke toko jika ingin berbelanja perangkat pendukung-nya, agar pihak toko bisa melihat langsung jenis perangkat yang telah dimiliki oleh user)
  2. Antena merek Larsen atau merek Diamond ex Taiwan, jangan lupa bonggolnya juga dibeli.
  3. Kabel antena merek Belden. Hrga tergantung kualitas.
  4. Adapter dan konektor kabel antena.
  5. Speaker/microphone.
  6. Jangan lupa minta semua bagian sudah disolder dan pembeli tinggal pasang di motor.
Untuk pemakaian rakom di motor jangan lupa menyiapkan perangkat tambahan, yaitu lempengan besi sebagai dudukan braket antena, hal ini bisa dipesan ke tukang las. Dapatkan posisi yang pas untuk braket antena. Jika mengalami kesulitan, jangan segan-segan tanya kepada teman pemain Rakom yang sudah lebih dulu aktif.Usai membeli perangkat masih ada tahap berikutnya, yaitu masalah ‘matching dengan alat SWR Meter’, ‘tune antena’, ‘tune radio’ dan lain sebagainya. Oleh karena itu kehadiran teman yang sudah ahli akan sangat membantu.

Perangkat Rakom di Mobil


Pilihan perangkat radio untuk mobil sangat mudah karena memang sudah umum, tapi yang pasti jenis radio portable atau Rig seperti gambar dibawah ini yang sering dipergunakan untuk di mobil :

Pemasangan perangkat di mobil sangat simple. Pilih dudukan untuk antena dengan memperhatikan beberapa hal a.l. bagaimana antena jika mobil diparkir basement, bagaimana antena jika mobil lewat portal, bagaimana antena jika mobil melaju cepat, dan lain sebagainya.

Setelah posisi antena sudah dapat dan pemilik merasa nyaman, maka selanjutnya ukurlah jarak antara posisi antena dengan posisi radio yang umum-nya ditempatkan di dashboard tengah bawah. Ulur panjang kabel dengan melihat setiap lengkungan atau jalur kabel antena yang akan dilewati.

Rata-rata kebutuhan antena untuk mobil antara 4 s/d 5 meter dan usahakan sisa kabel tidak digulung, namun dibiarkan terurai panjang di kolong dashboard.

Keluhan yang sering terjadi adalah noise. Jadi, perhatikan setiap alur kabel antena, apakah kabel antena melewati bagian mesin atau berhimpitan dengan kabel listrik. Beberapa teman memasang kabel ground dari bonggol antena menuju chasis body di kolong.

Sekilas Rakom

Tak dapat dipungkiri jika alat Rakom kini sangat membantu dalam aktifitas masyarakat secara luas. Selain handphone, alat Rakom juga masih dibutuhkan ketika kita berada dalam perjalanan, pada umumnya masih dipakai dalam perjalanan konvoi atau ber-iring-iringan.

Yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah caranya kita memiliki perangkat Rakom dan menggunakannya secara benar dan effektif?

Persoalan disini kita tidak harus disamakan menjadi petugas polisi atau petugas keamanan, karena prinsipnya pemerintah Republik Indonesia sudah memberikan izin kepada dua badan, yaitu RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) dan ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia). Masyarakat boleh menjadi anggota untuk menggunakan pita frekuensi yang telah disediakan pemerintah.

Semua perangkat Rakom bebas diperjual-belikan di toko-toko Rakom seperti Toko Mirusa Guntur Jakarta, Mal Ambasador Jakarta, dan juga dipertokoaan kawasan Glodok Harco Lantai 2 Jakarta. Ketika masyarakat membeli perangkat Rakom, pihak toko tidak pernah peduli perihal surat-surat perizinan.

Tetapi, ketika perangkat Rakom itu sudah ditangan dan dibawa pulang, yang menjadi pertanyaan adalah sudahkah ia memiliki izin mengudara? Sudahkah ia memiliki izin menggunakan frekuensi?

Hal itulah hal utama yang harus dijawab oleh masyrakat para pemiliki HT atau pesawat Rig sebelum memakai perangkat Rakom-nya.Melalui artikel ini kami ingin berbagi cerita atau sharing berdasarkan pengetahuan umum dasar dan maaf artikel ini tidak membahas secara teknis, tidak terperinci maupun tidak ada perhitungan teknis apapun.

Namun, apa yang ingin disampaikan disini adalah hanya bersifat mendasar dan apa yang telah dipakai oleh breaker RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia), yaitu dengan peralatan sederhana yaitu, HT (Handy Transceiver) dan Rig (Mobile), dan penggunaan pita frekuensi adalah VHF.


Prakata

Dearest All,

Kami ucapkan banyak terima kasih telah mengunjungi Blog Boeing 747 ini, karena tidak bisa kami pungkiri bahwa melalui media frequensi di 147.470 Mhz ini kami bertemu, bercanda dan saling peduli yang kami harapkan suasana ini dapat langgeng khususnya bagi Boeing 747 sendiri, dan bagi frequensi lainnya pada umumnya. Kami merupakan penggemar radio komunikasi yang berlokasi pada frequensi di 147.470 Mhz, memiliki komunitas di seputaran Ciputat, Pamulang dan sekitarnya.

Kami persilahkan untuk berkunjung ke frequensi tsb di atas bagi siapa saja tanpa membedakan jenis kelamin, lokasi, status sosial dll. Kami akan sambut sedemikian rupa dengan santun, canda ria dan kepedulian yang tinggi.


Salam Admin Boeing 747